Langsung ke konten utama

Bahtera Bernama Indonesia

Esok hari merupakan salah satu hari bersejarah bagi rakyat Indonesia, tepatnya tanggal 8 Juli 09. Pada hari itu, akan ditentukan seorang nahkoda yang akan memimpin bahtera Indonesia yang begitu besar dan sarat akan harta yang terangkut di dalamnya.

Hari yang begitu bersejarah ini sudah ditunggu-tunggu oleh para penumpang bahtera tersebut, bahkan para calon nahkoda beserta awak kapalnya sudah tidak sabar ingin mengetahui siapa dari mereka bertiga yang akan dipilih oleh para penumpang, entah itu karena mereka benar-benar percaya dengan calon nahkoda tersebut, tertarik dengan pulau tujuan yang dijanjikan calon nahkoda tersebut atau melihat kiprah mereka bertiga yang sudah tidak asing lagi dalam mengarungi samudera yang luas dan ganas, atau bahkan sekedar ikut-ikutan.

Bosku milih yang no itu, aku juga ah. Siapa tahu kalau pilihannya sama ntar jadi lebih deket sama bos trus dipromosikan?! Kan untung juga, cuma ikut contreng yang sama, dapat promosi.

Ortuku milih si dia. Aku juga ah. Habis ndak tau siapa mereka sih.

Aku milih yang ini. Soalnya temen-temen banyak yang milih ini.

Kalau yayang milih ini, aku juga ikut ah. Kan seiya sekata.

Saya ingin perjalanan yang berbeda. Sudah saatnya berubah. Kalau gitu saya pilih ini!

Kalau saya, sudah pasti milih yang ini. Lihat aja kiprahnya selama ini! Banyak pulau yang sudah dikunjungi. Lanjutkan saja!

Saya sih pasti pilih yang itu. Soalnya lebih cepat sampai, lebih baik. Jadi saya ndak perlu nunggu lama sampai tujuan.

Dan masih banyak lagi alasan lainnya.

Sekarang semuanya tergantung pilihan anda esok, entah ingin memilih no 1, 2, atau 3, terserah anda, atau tidak ingin memilih sama sekali, itu juga terserah anda karena ke mana bahtera Indonesia berlayar anda juga yang akan merasakannya sebagai penumpang maupun awak kapal.

Sekarang yang perlu diingat adalah daftar pulau yang telah dijanjikan para calon nahkoda, sehingga ketika ada pulau yang terlupa atau belum dapat dicapai karena begitu dahsyatnya badai dan ombak atau nyanyian putri duyung yang melenakan, kita bisa mengingatkannya, syukur-syukur bisa ikut membantu navigasinya sehingga semua pulau tujuan dapat dikunjungi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Meringankan Tubuh

Pernah dengar ilmu ini? Apa yang akan anda lakukan jika ternyata tanpa anda sadari, anda sudah memiliki ilmu ini? Menjadi atlet lompat tinggi atau lompat jauh? Mendaki gunung terjal? Atau lain sebagainya, terserah anda! Kalau dikaji sedikit lebih dalam, ternyata kita juga bisa memiliki tubuh yang ringan, melangkah atau bahkan berlari dengan sangat ringan. Terus, apa ada syarat-syarat khusus agar bisa memiliki ilmu ini? Misalnya puasa selama berhari-hari tanpa makan, tidur di kuburan, atau melakukan suatu amalan khusus lainnya? Sebenarnya, syarat yang harus dimililki tidak perlu yang menyiksa diri seperti tadi. Cukup satu saja, apa itu? Itu adalah ikhlas. Lha koq bisa?! Emangnya kalau kita ikhlas atau rela, kita bisa meringankan tubuh kita?! Begini penjelasannya. Ilmu meringankan tubuh di sini bukan berarti tubuh kita menjadi lebih ringan dalam artian sebenarnya. Yang mulanya punya berat badan 80, trus jadi 60 atau lebih. Kalau gitu resep diet dengan ikhlas saja donk!! Buka...

Pesan Hidup Dari Bocah Penjual Koran

ada kisah yang saya dapat dari jalan-jalan di internet, mungkin bisa sedikit menyentuh . . .  Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah. Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik. "Korannya bu !"seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan. Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang. "Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang. "Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau k...