Langsung ke konten utama

..Mengukur Kekuatan Cinta..

Manusia mana yang tidak pernah merasakan cinta? Tentu semuanya pernah merasakan. Karena setiap makhluk yang bernyawa, telah ditakdirkan memiliki rasa cinta. Bahkan di fase tertentu, seorang manusia bisa dibuat mabuk dengan indahnya cinta. Dengan cinta, kehidupan di dunia ini dapat menjadi tentram, menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama, sehingga perputaran regenarasi penghuninya berjalan dengan sempurna.

Hingga sampailah kita pada satu kesimpulan, bahwa cinta adalah fitrah manusia. Namun sebagai muslim, tentu kita tak puas sampai di situ. Kita pun lebih tertarik mencari sesuatu yang lebih hakiki, tak berhenti hanya dalam kerangka yang sifatnya materi saja.

Islam telah banyak bicara tentang makna cinta hakiki. Pastinya tak seperti agama cinta ala Anand Krishna, yang belakangan kasusunya santer di media massa. Tapi cinta di sini, tak terhalangi oleh waktu, bahkan mampu menembus batas dari waktu itu sendiri, luar biasa bukan?

Kekuatan dahsyat ini lah yang memberanikan si kecil Ali ra. menggantikan posisi nabi Muhammad Saw. di atas ranjangnya pada malam hijrah. Padahal telah tersiar kabar di kota Mekkah, akan ada konspirasi yang mengerikan. Karena setiap perwakilan kabilah dengan pedangnya yang terhunus, siap mengepung rumah nabi dan menghabisinya di malam itu juga. Namun Ali ra. tak gentar, ia pun berada di atas ranjang nabi tanpa ada rasa khawatir. Tentunya keberanian ini tak lepas dari kuatnya cinta Ali kepada Rasulullah Saw..

Tapi yang perlu diingat, cinta tak ujuk-ujuk datang, ia harus dipupuk secara perlahan. Ibarat pohon yang baru ditanam, ia harus rutin disiram, diberi pupuk dan dirawat. Dengan demikian kelak ia akan tumbuh subur, akarnya kuat menghujam ke bumi, batangnya menjadi kokoh dan dahannya meninggi menjulang ke langit.

Puncak cinta dalam Islam yang disebutkan dalam Al Qur'an dan Al Hadits, ternyata hanya ditempati oleh Sang Pemilik Cinta dan makhluk yang paling Ia cintai. Ya, porsi itu hanyalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Karena cinta terhadap keduanya, merupakan kunci yang menyelamatkan hidup manusia, baik itu di dunia mau pun di akhirat.

Melalui lisan mulianya, nabi Muhammad Saw. memberikan bocoran tentang siapa saja dari umatnya yang bisa merasakan manisnya iman. Mengapa harus iman? Ya, karena tanpa iman, mustahil seseorang akan selamat dunia akhirat. Iman pun diibaratkan seperti mutiara, saking berharganya, kehilangannya sama saja seperti mati sebelum waktunya.

Tiga ciri yang disebutkan Nabi itu adalah, pertama, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya. Kedua, agar mencintai seseorang semata-mata karena Allah Swt. Ketiga, tidak senang kembali kapada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah Swt., sebagaimana ketidak-senangannya dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari)

Ibarat keping mata uang, iman dan cinta tak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah hadis lainnya, Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak beriman seseorang di antara kalian, sampai menjadikanku lebih ia cintai dari pada kedua orang tuanya, anaknya dan manusia lainnya". (HR. Bukhari)

Suatu ketika Umar bin Khatab ra., sahabat nabi yang tegas dan gagah perkasa, curhat kepada Rasulullah. Ia berbicara tentang kualitas cinta dan imannya. "Wahai kekasih Allah, engkaulah yang paling kucintai setelah diriku".jelasnya. "Tidak, Umar., kecuali setelah diriku lebih engkau cintai ketimbang dirimu sendiri".jawab Rasulullah. Seketika itu juga Umar meralat cintanya dan kemudian berkata, "Mulai detik ini ya Rasulallah, demi Allah, engkaulah yang paling ku cinta, bahkan melebihi diriku sendiri." Dan Rasulullah pun kemudian membenarkan keimanan Umar saat itu juga.

Dan sekarang, marilah mengukur kekuatan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Selayaknya sudah tertanam dalam diri kita, keabadian jauh lebih menggiurkan ketimbang hal-hal yang sifatnya sementara belaka. Kalau yang ada di alam hidup ini masih lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka bersegeralah meng-upgrade iman kita. Sehingga kita terhindar dari kategori orang fasik yang disebutkan dalam Al Qur'an.

Allah Swt. telah berfirman, Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At Taubah: 24)

Wallahu a'lam bishowab



sumber : http://www.facebook.com/?sk=messages&tid=1410003534714#!/profile.php?id=1200638303

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Meringankan Tubuh

Pernah dengar ilmu ini? Apa yang akan anda lakukan jika ternyata tanpa anda sadari, anda sudah memiliki ilmu ini? Menjadi atlet lompat tinggi atau lompat jauh? Mendaki gunung terjal? Atau lain sebagainya, terserah anda! Kalau dikaji sedikit lebih dalam, ternyata kita juga bisa memiliki tubuh yang ringan, melangkah atau bahkan berlari dengan sangat ringan. Terus, apa ada syarat-syarat khusus agar bisa memiliki ilmu ini? Misalnya puasa selama berhari-hari tanpa makan, tidur di kuburan, atau melakukan suatu amalan khusus lainnya? Sebenarnya, syarat yang harus dimililki tidak perlu yang menyiksa diri seperti tadi. Cukup satu saja, apa itu? Itu adalah ikhlas. Lha koq bisa?! Emangnya kalau kita ikhlas atau rela, kita bisa meringankan tubuh kita?! Begini penjelasannya. Ilmu meringankan tubuh di sini bukan berarti tubuh kita menjadi lebih ringan dalam artian sebenarnya. Yang mulanya punya berat badan 80, trus jadi 60 atau lebih. Kalau gitu resep diet dengan ikhlas saja donk!! Buka

.:: Petunjuk Itu Datang Ketika Shalat ::.

Shalat, siapa sih yang tidak mengenal apa itu shalat?! Shalat itu merupakan salah satu ibadah utama yang wajib dilakukan oleh semua orang yang mengaku beragama Islam. Nilai shalatlah yang kelak akan dihitung kali pertama di “hari penghitungan amal”. Ada peristiwa unik dalam pelaksanaan shalat ini. Dan saya sendiri yakin, kita semua pasti pernah mengalaminya. Dalam shalat, otak kita menjadi lebih aktif dari biasanya, begitu kata para peneliti tentang otak dan keajaiban di dalamnya. Ketika kita dalam keadaan sedang shalat, tak jarang banyak pikiran-pikiran yang masuk, entah itu hanya sebuah pikiran seperti khayalan semata, sebuah solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi, atau bahkan sebuah pemikiran inovatif yang belum ada orang yang kepikiran tentangnya. Begitulah, seperti yang sering kita dengar dalam ceramah-ceramah, berdzikirlah maka kelak hatimu akan tentram. Nah, dalam shalat pula kita berdzikir menyebut Asma-Nya, di setiap gerakan. Maka, ketika kita sedang merasa kegalauan

Kisah Yusuf, Si Nabi Ganteng #10: Bohong Berjamaah

Semasa kecil dlu, yg ku bayangkan dari buku Kisah 25 Nabi khususnya kisah ttg Nabi Ganteng ini adalah ketika bermain dgn saudara2nya itu seperti bermain petak umpet di hutan :v