Suatu ketika di sebuah masjid, saat menunggu iqomah dikumandangkan, sudah menjadi kebiasaan bapak yang menjadi ta’mir itu melantunkan kalimat2 thoyyibah. Ku tertunduk memejamkan mata sambil mendengarkan suaranya yang sayup2 karena sudah termakan usia.
Di ketenangan itu, tiba2 tak terdengar lagi beliau melantunkan kalimat2 thoyyibah tadi. Ku terheran, ada apa dengan beliau. Ku tengadahkan kepalaku, mencoba melihat beliau. Tapi ternyata beliau tidak berada di tempat semula. Ku tolehkan kepalaku menyisiri shaff terdepan. Tak ada di shaff sebelah kanan. Ku buang pandanganku ke sebelah kiri. Subhanallah, ku lihat beliau sedang menata sepasang sandal. Dan ternyata itu bukan sandal sembarang orang. Itu sandal milik sang Kyai.
Kemudian, beliau duduk di tempatnya semula, menunggu sang Kyai shalat tahiyyatul masjid sembari melantunkan kembali kalimat2 thoyyibah. Setelah sang Kyai tadi menunaikan shalat sunnahnya, bapak ta’mir tadi mengambil microphone dan mulai mengumandangkan iqomah dengan nada beliau yang sangat khas, nada yang tak ada duanya selama 20 tahun ini. Semoga kasih sayang Allah selalu menyelimuti bapak dan keluarga.
Di ketenangan itu, tiba2 tak terdengar lagi beliau melantunkan kalimat2 thoyyibah tadi. Ku terheran, ada apa dengan beliau. Ku tengadahkan kepalaku, mencoba melihat beliau. Tapi ternyata beliau tidak berada di tempat semula. Ku tolehkan kepalaku menyisiri shaff terdepan. Tak ada di shaff sebelah kanan. Ku buang pandanganku ke sebelah kiri. Subhanallah, ku lihat beliau sedang menata sepasang sandal. Dan ternyata itu bukan sandal sembarang orang. Itu sandal milik sang Kyai.
Kemudian, beliau duduk di tempatnya semula, menunggu sang Kyai shalat tahiyyatul masjid sembari melantunkan kembali kalimat2 thoyyibah. Setelah sang Kyai tadi menunaikan shalat sunnahnya, bapak ta’mir tadi mengambil microphone dan mulai mengumandangkan iqomah dengan nada beliau yang sangat khas, nada yang tak ada duanya selama 20 tahun ini. Semoga kasih sayang Allah selalu menyelimuti bapak dan keluarga.
Komentar
Posting Komentar