Langsung ke konten utama

Kisah Yusuf, Si Nabi Ganteng #5: The Evil Within Us

Kita tahu bersama bahwa setan adalah musuh yg nyata. Mengajak manusia menjadi saudaranya yg merasa senasib sepenanggungan, terusir dari surga-Nya. Dan demikianlah "bisikan"nya pada saudara2 Yusuf


"Bunuhlah atau buang di antah berantah" begitulah bisikannya. Sebegitu kejamnya setan membakar kebencian dalam diri saudara2 Yusuf. Bahkan dgn "memberi" imbalan sebuah "perhatian" dari ayah mereka, Nabi Ya'qub

Tapi di sinilah uniknya manusia. Seberapa kejinya suatu niat, masih ada secuil kebaikan di hati nurani yg terdalam, seandainya kita mau "mendengarkan". Sebenci-bencinya pada Yusuf, mereka tak sampai hati utk membunuhnya. Apalagi hanya utk merebut perhatian ayah mereka

Maka salah satu di antara mereka mengatakan, "jangan dibunuh tapi buanglah ia dalam sumur agar ditemukan musafir yg sdg lewat". Sebentar...sebentar. Apakah ide tsb lebih "baik" dalam artian mengasihani? Atau jgn2 ide tsb justru lebih kejam?

Bisa jadi jika dibunuh lalu dibuang suatu saat akan ditemukan org dan tuduhan pun tertuju pada mereka. Sebagaimana kata pepatah, "sebaik2nya mengubur bangkai, pasti akan tercium juga"

Sehingga ide memasukkan ke dalam sumur bisa menyembunyikan kejahatan mereka. Ia akan mati lemas karena minimnya udara dalam sumur bahkan beberapa sumur bisa beracun di kedalamannya.

Kalaupun tertolong, bisa jadi racun dalam sumur tsb mampu membuatnya lupa ingatan sehingga "bersihlah" tangan2 mereka. Org yg menolongnya pun tak akan menaruh kecurigaan bahwa ada yg ingin membunuhnya (Yusuf) tapi justru mengira bahwa ia jatuh terpeleset masuk sumur

Maka, siapakah yg lebih kejam? Devil? Or us, Human as the perfect creature? And brain is the most powerful weapon between weapons

~DarmaOne

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Meringankan Tubuh

Pernah dengar ilmu ini? Apa yang akan anda lakukan jika ternyata tanpa anda sadari, anda sudah memiliki ilmu ini? Menjadi atlet lompat tinggi atau lompat jauh? Mendaki gunung terjal? Atau lain sebagainya, terserah anda! Kalau dikaji sedikit lebih dalam, ternyata kita juga bisa memiliki tubuh yang ringan, melangkah atau bahkan berlari dengan sangat ringan. Terus, apa ada syarat-syarat khusus agar bisa memiliki ilmu ini? Misalnya puasa selama berhari-hari tanpa makan, tidur di kuburan, atau melakukan suatu amalan khusus lainnya? Sebenarnya, syarat yang harus dimililki tidak perlu yang menyiksa diri seperti tadi. Cukup satu saja, apa itu? Itu adalah ikhlas. Lha koq bisa?! Emangnya kalau kita ikhlas atau rela, kita bisa meringankan tubuh kita?! Begini penjelasannya. Ilmu meringankan tubuh di sini bukan berarti tubuh kita menjadi lebih ringan dalam artian sebenarnya. Yang mulanya punya berat badan 80, trus jadi 60 atau lebih. Kalau gitu resep diet dengan ikhlas saja donk!! Buka...

Pesan Hidup Dari Bocah Penjual Koran

ada kisah yang saya dapat dari jalan-jalan di internet, mungkin bisa sedikit menyentuh . . .  Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah. Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik. "Korannya bu !"seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan. Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang. "Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang. "Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau k...